Blogroll

banner image

Contoh Cerpen : Tentang Hujan, Mantan, dan Masa Depan

Kali ini kita akan memberikan sedikit hiburan cerpen retceh karya anak bapaknya. Bisa juga dijadikan referensi contoh cerpen bertema cinta. Bagi yang sedang galau merana, atau gabut tanpa si dia, silahkan di baca..

====================================== @^@========================================



Hujan hanya terdiam memandangi langit. Sejak tadi gerimis tampak bergerilya menyerangnya yang berteduh di gerbang sekolah, menunggu jemputan untuk pulang. Bajunya sudah setengah basah dengan bulatan-bulatan bekas air, tadi ia sempat terkena rintikan walau sekejap. 



Diiringi butir-butir air berjatuhan, Hujan sedang bingung memikirkan seseorang, yang ingin ia anggap sebagai masa lalu tapi tetap terkurung dalam hatinya. Helaan nafas berhembus panjang. Kembali ia tadahkan kepalanya di langit, kenapa sejak tadi hanya gerimis? Kenapa tidak turun deras sekalian? Kenapa langit tidak segelap hatinya? 

Hujan merasakan sejentik kegalauan yang meremas sesak dadanya. Jelaga hitam di dasar hati. Tidak pernah Hujan duga kalau seseorang yang dia anggap berharga tiba-tiba menjauh tanpa kabar dan berita. Hanya karena penolakan kecil yang ia lakukan.

Yang  menjadi imam menginginkan status dalam hubungan mereka. Di kala Hujan belum berani mengambil waktu untuk kembali terikat. Hujan pernah tersakiti, dan dia tak ingin terikat lagi sebelum dirinya benar-benar mau konsisten akan suatu hubungan. Hatinya pernah terluka sekali dan belum cukup kuat jika harus kembali merasakan sayatan tak kasat mata itu.

Helaan nafas terdengar lagi. Kembali ia jatuhkan pandangannya, menatap percikan air yang membasahi bagian depan sepatu yang ia kenakan.

Dan saat dirinya kembali menunduk, sepasang sepatu milik orang yang berdiri di sampingnya terlihat. Nafas Hujan tercekat begitu saja. Ia mengenali sepatu itu. Sepatu milik masa lalunya. Ingin rasanya Hujan berlari, pergi dari si masa lalu agar tidak terantuk jatuh kembali. "Hujan." Desauan lelaki itu membuat hati Hujan berdesir. Tapi kernyitan sakit juga terlihat di dahinya. "Kamu belum di jemput?" Tanyanya lagi. 

Hujan terdiam, ia yakin jika dirinya menjawab sekarang yang keluar hanyalah cicitan kecil. Jadi ia memutuskan tidak berbicara. "Hujan, aku--" Baru saja sang mantan ingin meraih tangan Hujan, seseorang telah lebih dulu menarik tubuh perempuan itu dan Hujan rasakan badannya tertutup jaket. 

Hujan tersentak, menolehkan kepala ke arah lelaki yang memasangkan jaket ditubuhnya, rambut hitam lelaki itu setengah basah. "Ayo aku anter kamu pulang aja." Ucap lelaki yang baru datang itu. 

Hujan tidak mengangguk pun tidak menolak. Tapi sang mantan menghentikan gerakan lelaki yang hampir menarik Hujan menjauh. 

Dulu orang yang dekat dengannya, menjadikan Hujan sebagai salah satu sahabat dekat dan karenanya Hujan merasa nyaman. Tapi karena Hujan mengatakan ingin terfokus dulu dengan ujian yang akan dia hadapi, orang itu menganggapnya angin lalu dan berucap bahwa Hujan hanya mempermainkan hatinya. 

Hujan tak tahu apapun, sungguh. Dia benar-benar ingin memfokuskan diri dan mendapat nilai yang memuaskan. Tapi orang itu tidak percaya dan menatap kecewa pada Hujan. Hujan menerimanya, mau menjelaskan pun pecuma, Hujan hanya ingin beristirahat sejenak saja. Akhirnya ia membuktikan diri dengan mendapat penghargaan atas kerja kerasnya.

Tapi kekerasan hati orang itu tetap tidak bisa mencair dan Hujan menyerah. Tapi setelah Hujan berlari menjauhpun, kisah itu seolah terulang dengan orang yang berbeda, dengan Hujan yang merasa ketakutan akan sebuah ikatan.

"Siapa kamu? Jangan sembarangan menarik anak orang!" Ketus masa lalunya. Hujan lebih memilih menunduk. Dia ingin berteriak dan melerai, tapi tak cukup berani.

"Aku?" Hujan rasakan rengkuhan pada bahunya, setengah di tarik ke arah lelaki tadi. Menyentak kesadaran Hujan sepenuhnya. "Aku masa depannya." 

Hujan kembali memejamkan matanya, hari ini, ditengah riak hujan yang terus turun, sekali lagi ia merasa ketakutan mendengar klaim atas dirinya. Membuat ia memejamkan mata.



🌹🌹🌹 End. 🌹🌹🌹 


Disaat dirimu merasakan sakit karena seseorang, 
percayalah hati kecilmu akan selalu mengingatnya. 
Ketika ketakutan akan kehilangan menghantui benak tanpa peringatan,
anggap dia menjadi tantangan yang harus kau taklukkan.
Tapi sekali mengecewakan seseorang,
aku merasakan gemetar untuk mengulanginya kembali. 



Ini contoh cerpen buatan sendiri yang saya yakin hanyalah bacaan ringan di sore hari sembari menyesap kopi dan memandang indahnya hujan yang menyapa. Semoga terhibur.
_the story of my life_
Contoh Cerpen : Tentang Hujan, Mantan, dan Masa Depan Contoh Cerpen : Tentang Hujan, Mantan, dan Masa Depan Reviewed by Fian ti Inoe on November 20, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.